Sabtu, Mei 19

Stop tanya "Kapan?"

Menikah pada 25 Juli 2015, dan masih berdua sama Mas Suami di keluarga kecil kami sampai sekarang, kadang bikin ribet kalau pas mau Lebaran begini. Hari Raya, yang seharusnya jadi ajang silaturahmi kadang malah bikin baper. Gimana engga, udah lama ga ketemu, yang ditanyain bukannya kabar, tapi malah pertanyaan semacam “Kapan punya anak?”, “Kapan hamil?”. Lah dikira aku Tuhan, yang Maha Mengetahui. Awal-awal nikah masih berusaha buat jawab baik-baik, “Belum tau nih, tolong doanya aja ya”. Tapi terus lama-lama kesel juga, keliling sanak saudara, ketemu banyak orang di saat yang berbeda, tapi rata-rata  pertanyaanya pasti sama, “Kapan?’’

Kayanya mulai sering dapet pertanyaan model begitu tuh waktu kuliah, “Kapan lulus?’’, “Kapan wisuda?”. Nanti kalau udah lulus, udah wisuda, ditanyain lagi “Kapan nikah?”. Setelah nikah, ditanya lagi, “Kapan hamil?”, “Kapan punya anak?”. Ntar kalau misal udah punya anak pertama, bakal ditanya lagi “Kapan hamil lagi?”, “Kapan Kakaknya dikasih adek?”. Tapi kenapa abis itu ga ada yang nanya lagi, “Kapan mati?”. Hehehe, tolong abaikan part terakhir ini 😜

Tapi beneran, kadang kesel sih, orang-orang bertanya seolah kita bakal bisa jawab karena tahu jawabannya. Padahal bisa aja di balik pertanyaan sepele itu, yang dilontarkan terkadang sambil lalu, bisa saja pihak yg ditanyai ternyata juga sudah sangat berusaha dan berdoa. Gimana kalau ternyata menurut Allah memang belum waktunya?

Jadi, mending stop deh nanya “Kapan?’’. Karena kadang malah jadi ‘negative vibes’ buat orang yang ditanyain. Daripada nanya tapi ga dapet jawaban, kadang malah bikin sakit hati pihak yang ditanya, mending didoain aja ya kan, semoga disegerakan 😁

Tapi toh aku ga bisa ngontrol hal-hal di luar aku. Jadi ya mending aku cuekin aja orang-orang mau komen apa. It's all in your mind, don't let them make you down! Jangan biarkan mereka menentukan bahagiamu. Ya sebaliknya, karena aku ga suka diperlakukan begitu, jadi ya introspeksi, semoga aku ga kaya gitu sama yang lain .. 

Jumat, Mei 18

Perjuangan Meretas Jarak LDM


Menikah pada tahun 2015 dan menjalani long distance marriage dengan posisi aku di Malang, dan Mas Suami di Palembang bikin aku sama Mas begitu menghargai saat-saat kebersamaan kami. Bagaimana tidak, dalam satu bulan belum tentu sekali kami bersua. Selain hitung-hitungan tiket pesawat pulang pergi, jatah cuti dari kantor, serta waktu tempuh yang dibutuhkan Mas Suami untuk dapat sampai di Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang adalah 7 jam perjalanan darat mengingat ia bekerja di daerah perkebunan.

Jarak mulai memendek saat pada bulan Agustus 2016, Mas Suami mutasi ke Head Office di Jakarta. Frekuensi bertemu menjadi rutin 1 bulan sekali. Namun mungkin karena terhalang jarak dan waktu temu yang terbilang singkat, kami masih tak kunjung memiliki momongan. 

Pada bulan Agustus 2017, ada pengumuman pendaftaran CPNS secara nasional. Mencoba peruntungan, Mas Suami ikut daftar. Alhamdulillah di awal November 2017, Mas Suami berhasil lulus dan diterima di salah satu instansi pemerintahan. Kemudian, Mas Suami memutuskan resign dari kantornya semula pada akhir November 2017.

Kami berdoa dan berharap semoga Mas Suami penempatan di Malang supaya satu kota dalam rangka program memiliki momongan. Namun pada Desember 2017, Mas Suami dinyatakan penempatan Surabaya. Walau sempat sedih, namun tetap bersyukur karena akhirnya bisa bertemu setiap weekend.
Di bulan Januari 2018, ada pengumuman yang menyatakan bahwa Mas Suami ditempatkan di kantor dimana jadwalnya menggunakan shift. Jadi Mas Suami libur kerja malah di hari kerja, dimana aku harus ngantor 😢 Tapi Mas Suami selalu berusaha memberi pengertian, dan mengingatkan aku untuk selalu mensyukuri keadaan.

Penantian kami atas momongan mendapat secercah harapan saat kemudian di bulan yang sama, aku dinyatakan positif hamil. Aku, Mas Suami, dan juga keluarga merasa doa kami terjawab. Namun mungkin memang belum rejeki, di bulan Februari aku mengalami keguguran ..

Aku sempat terpuruk, dan menyalahkan segalanya termasuk diriku sendiri. Tapi dengan bantuan waktu, serta penguatan dari orang-orang  tersayang, pada akhirnya aku berhasil melangkah lagi.
Pada awal Mei, ada berita segar yang menyatakan bahwa Mas Suami akan diklat di Malang. Padahal isu di bulan sebelumnya, diklat akan diadakan di Surabaya. Hal kecil memang, tapi berarti banyak buat kami. Tinggal sekota, walau tidak serumah semacam bahagia sederhana. Walau hanya sebulan, namun pada akhirnya aku merasa akan selalu ada harapan untuk rumah tangga kami meretas jarak. Selalu berusaha dan yakin, bahwa rencana Allah akan selalu indah pada waktunya 😆


Kamis, Mei 17

Maria Fatima, saudara yang beda keyakinan


Namanya Maria Fatima Henny Purwonegoro. Panggilannya Maria. Sering dikira muslim karena namanya mengandung kata ‘Fatima’. Dia tuh anaknya supel, super ramah. 


Pertama kenal sekitar tahun 2011, waktu kita sama-sama keterima MT (Management Trainee) di PT Trakindo Utama. Posisi MT ini ada pendidikan dengan sistem gugur, selama 1 tahun. Berawal dari 1 kamar waktu di asrama, kita sahabatan deket sampai sekarang. Padahal udah ga sekantor. Padahal udah LDR-an, dia di Jakarta, aku di Malang. Padahal dia Katolik, aku Islam 😀

Dulu jaman sekamar, asrama kami tuh agak jauh dari masjid, jadi kalau adzan kadang ga kedengeran. Maria ini yang suka ngingetin udah shalat apa belum. Mungkin karena waktu itu dia lagi deket sama cowok muslim, jadi peka waktu, hehehe..

Walau kita barengan ga sampai lama karena Maria ga bertahan sampai pendidikan berakhir, kita tetap keep in touch via teknologi. Mulai dari jaman BBM, Path, Instagram, sampai WA. 

Waktu aku penempatan di Manado, dia di Jakarta, dia bahkan masih ngajakin travelling bareng ke Singapura. Gara-garanya dia inget sebelumnya aku pernah cerita, kalau aku sedih karena pasporku yang udah mau hangus masa berlakunya masih kosong melompong, belum pernah dipakai, hahaha. Maria juga, yang 3 tahun lebih tua dari aku, yang ngurus segala tiket pesawat, penginapan, tiket MRT, tiket Universal Studio, sampai nuker uang dari Rupiah ke Dollar Singapore. Dia ringan tangan, easy-going, dan ga pernah pamrih.

Setelah aku resign dari kerjaan di Manado dan balik ke Malang, kita juga masih sempet main bareng ke Bromo. Kita berdua pengen banget kesana karena selama ini cuma bisa lihat fotonya via social media. Modal nekat, motoran berdua doang. Berangkat jam 5 sore, nyampe disana sekitar jam 10 malem karena nyasar, belum cari penginepan pula, hahaha .. Maria ini adalah salah satu sahabat yang ga bakal ngebiarin aku ngelakuin hal bodoh sendirian *Lol

Sempet waktu itu, sekitar tahun 2015, Maria main ke rumah aku di Malang, pas momen puasaan di bulan Ramadhan. Dia malah ga mau makan, dengan alasan menghormati aku yang puasa, terus milih makan bareng pas waktunya aku buka puasa .. 

Tiap tahun, dia ga pernah absen buat ngasih ucapan Selamat Idul Fitri, Mohon Maaf Lahir Bathin. Ga cuma sama aku, dia bahkan minta ngomong sama Mama sama Ayah, buat bilang hal yang sama,  kalau lagi telepon. Kemarin, 1 hari sebelum puasa, dia ngechat aku, ngucapin selamat puasa, dan ngedoain puasaku lancar. Baik banget nih Maria emang 💕





Rabu, April 18

The Second Best, karena yang paling diinginkan tak bisa dimiliki


Informasi Buku:

Judul Buku
                          : The Second Best
Penulis                                : Morra Quatro
Editor                                  : Alaine Any
Penyelaras Aksara               : Tesara Rafiantika
Penata Letak                       : Putra Julianto
Desainer sampul                 : Agung Nurnugroho
Penerbit                               : GagasMedia
Tebal                                   : 218 Halaman
Cetakan                               : I, 2017
ISBN                                   : 978-979-780-900-3



Ketika cinta pertama tak bisa dimiliki, maka cinta memilih jalannya sendiri.

Sinopsis Buku :
Tanyakan hatimu bila kau bimbang. Mengapa sang cinta pertama, sosok yang kau kenal dekat, tak mampu kau raih? Lalu, apakah hati ini siap untuk pilihan cinta yang lain?

Bagi Gwen, jatuh hati kepada Aidan terasa mudah. Hatinya selalu tertuju kepada dirinya. Namun, hati Aidan sulit dijangkau olehnya.

Lalu Edgar hadir menawarkan rasa yang sehangat lagu cinta. Bersamanya, yang Gwen tahu adalah ia tak terlalu merasa sakit – karena hati laki-laki itu selalu terbuka untuk dirinya.

Namun, cobalah tanya hati sekali lagi. Benarkah Edgar sosok pilihan kedua terbaiknya? Atau .. .. diam-diam Aidan masih ia rindukan?

Review Buku:
Ide cerita novel ini datang dari obrolan Morra Quatro dengan Adhitya Mulya, rekan sesama penulis, yang mencetuskan sebuah kalimat yang pernah Kang Adhit dengar dari temannya, “Akan ada satu nama yang selalu tertulis di hati kita, tapi tak bisa tertulis di buku nikah”. Kalimat tersebut sungguh mudah untuk menggelitik, termasuk saya. Saat membaca mengenai proses awal menulis buku ini dari akun twitter Kak Morra, saya penasaran ..

Awalnya saya kira, cerita ini akan mengambil setting usia dewasa, atau kehidupan rumah tangga. Namun ternyata, Gwen, Aidan, dan Edgar adalah mahasiswa-mahasiswi di sebuah perguruan tinggi di Lincolnshire (setting lokasinya).

Gwen, udah kecantol sama Aidan sejak dari mula. Namun terlambat menyadari (atau terlambat mengakui) perasaannya. Sementara Aidan, naksir sama Maya, anak baru di PSM (Paduan Suara Mahasiswa) kampusnya.

Edgar, sahabat Aidan, tertarik pada Gwen sejak dari mula. Dan kayak kata pepatah, batu kalau ditetesi air terus-menerus pasti nanti bakal bolong juga, aku sempet mikir kalau Gwen memang berusaha  sama-sama Edgar.

”Akan selalu ada satu yang paling kita inginkan itu, yang tak bisa kita miliki. Sedangkan kita tak bisa sendiri, tak berani. Itu sebabnya kebanyakan kita berakhir dengan yang terbaik kedua. The second best." - halaman 3

Lalu karena settingan novel ini adalah kehidupan perkuliahan, saya kira novel ini akan terasa ringan, membaca tanpa perlu mengerutkan dahi. Namun lagi-lagi saya salah. Alur cerita di pertengahan novel ini ‘gelap’. Saya sama sekali tidak menduga bahwa akan dibawa kesana ceritanya. Mungkin menunjukkan sisi lain dari kehidupan mahasiswa jaman sekarang, karena biasanya di novel-novel yang lain alurnya terasa ‘manis’. Ga saya sebutin ya, biar ga cuma saya yang terkejut :p

Kira-kira, Edgar sadar ga kalau Gwen ini sebenarnya menjadikan ia sebagai the second best? Gimana sama Aidan, sebenarnya dia ngeh ga sih sama perasaan pacar sahabatnya itu?

”Kurasa, bersama siapapun yang bukan kamu, aku pasti tidak akan setia. Kamu akan selalu ada." - halaman 224


Rates     : ✯✯✯✰✰


Informasi  Penulis:
-Morra Quatro-
Novel-novel lain yang ditulis: Forgiven (2010), Believe (2011), Notasi (2013), What if (2015)
twitter                  : @miss_morra
IG                        : @miss.morra
blog                     : morraquatro.tumblr.com
Location              : Jakarta


Selasa, Februari 20

Romansick, Apakah yang Lebih Lama akan Bertahan?


Informasi Buku :
Judul Buku                           : Romansick
Penulis                                 : Emilya Kusnaidi
Editor                                   : Irna Permanasari
Desainer sampul                  : Orkha Creative
Penerbit                                : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal                                    : 280 halaman
Cetakan                                : I, 2015
ISBN                                    : 9786020312781        

      

Sinopsis Buku :





Her life was almost perfect. Pekerjaan sebagai editor di majalah fashion ternama, rekan kerja yang baik hati meskipun doyan gosip, serta dua sahabat cowok yang selalu ada ketika dibutuhkan. So what a girl could ask for more? Well, please underline the ‘almost’ part.

Audrey ‘Dre’ Kahono jatuh cinta setengah mati dengan Eren, sahabatnya -- namun nggak pernah punya keberanian untuk mengungkapkan hal itu. Sebuah pengakuan mendadak dari Eren membuatnya terseret dalam insiden penuh kesialan yang berujung pada serentetan drama baru; pertemuan tanpa sengaja dengan Austin yang moody setengah mati, insiden di pelataran parkir, dan belum lagi soal liburan ke Bintan yang mendadak namun berakhir mengejutkan!


Austin yang persisten mendekati Dre membuat Dre kesal tapi lama-lama suka. Nah, masalahnya, ketika Dre mulai dekat dengan cowok lain, Eren malah kelihatan uring-uringan. Belum lagi drama antara Dre dan Eren berakhir, Austin malah menambah drama baru dalam hidupnya...




Review Buku:

Kata orang, laki-laki sama perempuan itu ga bisa bersahabat. Salah satu atau keduanya bakal baper, entah sekarang, kemarin, atau nanti. Dre adalah salah satu contohnya. Dre bersahabat dengan Tara dan Eren, dan naksir salah satu dari dua sahabat lelakinya itu, Eren. Padahal mereka bertiga udah bareng selama sekitar sepuluh tahun, dan selama itu juga Dre suka sama Eren. Hal itu bikin Tara, super kesal, geregetan karena Dre ga pernah ngomong soal perasaanya sama Eren, dan Eren adalah tipikal lelaki super ga peka, yang ga sadar kalau selama 10 tahun sebenernya dia adalah cowok yang ditaksir sama Dre..


Setelah didesak (baca: disupport) oleh Tara, Dre pada akhirnya memutuskan untuk membuat pengakuan mengenai perasaannya pada Eren di malam pembukaan Club barunya Tara, Castello. Namun tepat sebelum Dre buka mulut soal perasaannya, Eren terlebih dulu curhat sama Dre bahwa 2 minggu lagi dia akan ke New York untuk melamar Ayumi, mantan pacarnya, orang yang selama ini nangkring dengan sukses di hatinya. Saking terkejutnya Dre, asmanya kambuh dan berbuah insiden yang kemudian ‘mempertemukan’ dia dengan Austin.

Kehadiran Austin di hidup Dre, dengan herannya membuat Eren kesal. Apalagi setelah Austin secara konsisten mendekati Dre, perasaan Dre lambat laun berubah. Namun drama berikutnya muncul saat Austin akhirnya berhasil membujuk Dre untuk berlibur bersama di Pulau Joyo, Bintan, bersama dengan sahabat Austin, Eric dan pacarnya, Sissy.

Berlatar belakang di ibukota, dengan tema yang mungkin terdengar klise, novel ini berhasil membuat saya tidak sabar untuk membacanya sampai habis. Dengan alur cerita maju, cara bercerita yang enak, novel debut dari Emilya ini membuat saya menikmatinya. Pekerjaan Dre di majalah fashion ternama, Jalouse, juga digambarkan dengan baik sehingga saya dapat membayangkan seperti apa kiranya berada di dunia yang selama ini seolah jauh dari jangkauan itu. Perkembangan ceritanya juga tidak terduga, dan membuat novel ini semakin menarik. Saya sih ga menyesal baca novel ini, kamu penasaran? ☺

Rates: ☺☺☺☺


Informasi Penulis :
Emilya Kusnaidi

Twitter   : @emilyakusnaidi
IG          : @emkusnaidi