Jumat, Mei 18

Perjuangan Meretas Jarak LDM


Menikah pada tahun 2015 dan menjalani long distance marriage dengan posisi aku di Malang, dan Mas Suami di Palembang bikin aku sama Mas begitu menghargai saat-saat kebersamaan kami. Bagaimana tidak, dalam satu bulan belum tentu sekali kami bersua. Selain hitung-hitungan tiket pesawat pulang pergi, jatah cuti dari kantor, serta waktu tempuh yang dibutuhkan Mas Suami untuk dapat sampai di Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang adalah 7 jam perjalanan darat mengingat ia bekerja di daerah perkebunan.

Jarak mulai memendek saat pada bulan Agustus 2016, Mas Suami mutasi ke Head Office di Jakarta. Frekuensi bertemu menjadi rutin 1 bulan sekali. Namun mungkin karena terhalang jarak dan waktu temu yang terbilang singkat, kami masih tak kunjung memiliki momongan. 

Pada bulan Agustus 2017, ada pengumuman pendaftaran CPNS secara nasional. Mencoba peruntungan, Mas Suami ikut daftar. Alhamdulillah di awal November 2017, Mas Suami berhasil lulus dan diterima di salah satu instansi pemerintahan. Kemudian, Mas Suami memutuskan resign dari kantornya semula pada akhir November 2017.

Kami berdoa dan berharap semoga Mas Suami penempatan di Malang supaya satu kota dalam rangka program memiliki momongan. Namun pada Desember 2017, Mas Suami dinyatakan penempatan Surabaya. Walau sempat sedih, namun tetap bersyukur karena akhirnya bisa bertemu setiap weekend.
Di bulan Januari 2018, ada pengumuman yang menyatakan bahwa Mas Suami ditempatkan di kantor dimana jadwalnya menggunakan shift. Jadi Mas Suami libur kerja malah di hari kerja, dimana aku harus ngantor 😢 Tapi Mas Suami selalu berusaha memberi pengertian, dan mengingatkan aku untuk selalu mensyukuri keadaan.

Penantian kami atas momongan mendapat secercah harapan saat kemudian di bulan yang sama, aku dinyatakan positif hamil. Aku, Mas Suami, dan juga keluarga merasa doa kami terjawab. Namun mungkin memang belum rejeki, di bulan Februari aku mengalami keguguran ..

Aku sempat terpuruk, dan menyalahkan segalanya termasuk diriku sendiri. Tapi dengan bantuan waktu, serta penguatan dari orang-orang  tersayang, pada akhirnya aku berhasil melangkah lagi.
Pada awal Mei, ada berita segar yang menyatakan bahwa Mas Suami akan diklat di Malang. Padahal isu di bulan sebelumnya, diklat akan diadakan di Surabaya. Hal kecil memang, tapi berarti banyak buat kami. Tinggal sekota, walau tidak serumah semacam bahagia sederhana. Walau hanya sebulan, namun pada akhirnya aku merasa akan selalu ada harapan untuk rumah tangga kami meretas jarak. Selalu berusaha dan yakin, bahwa rencana Allah akan selalu indah pada waktunya 😆


2 komentar:

Acipa mengatakan...

Aku gak pernah tau rasanya LDR, tapi mungkin LDM benar-benar harus bisa kuat tahan banting ya , Mbak .

Semangat ^^

acipah.com

Armylia mengatakan...

iya UkhSis, kudu tangguh :) Btw, makasih ya Cipa ..