Jumat, September 18

Cream dan Tilik, 2 Film Pendek yang Sarat Makna

Cream, adalah sebuah film animasi pendek yang diciptakan oleh David Firth, dan berdurasi sekitar 10 menit. Film ini bercerita tentang sebuah krim yang diberi nama Cream. Cream berguna untuk menyelesaikan hampir segala masalah yang ada di dunia. Mulai dari memuluskan wajah dari jerawat, menyembuhkan cacat di kulit, memudakan wajah hingga nenghidupkan kembali yang sudah meninggal. Cream bahkan dapat 'menciptakan' emas perhiasan, mengubah kendaaraan lama jadi baru, memperbaiki alam yang rusak, juga mampu menduplikasi banyak hal.

Setelah menggunakan Cream, orang-orang menjadi malas karena hal-hal yang ingin mereka miliki dapat tercapai tanpa usaha yang berarti. Hingga pada suatu waktu, orang-orang berkepentingan yang merasa dirugikan dengan adanya Cream tersebut, membuat suatu konspirasi melalui media. Mereka membuat berita-berita yang menjatuhkan image Cream di mata masyarakat yang merupakan pengguna dari Cream tersebut. Dalam berita-berita yang beredar dikatakan pengguna Cream tersebut secara otomatis akan mengidap 3 jenis penyakit AIDS, ilmuwan penemu Cream adalah pedofil, hingga bahan baku Cream yang bersumber dari mayat bayi korban pedofil sang ilmuwan.

Karena serangan berita yang masif dan serentak dari berita-berita di koran, masyarakat langsung termakan berita tersebut tanpa mencari tahu kebenarannya, dan beramai-ramai membuang Cream tersebut bahkan sampai membakarnya. Mereka memboikot Cream dan tidak mau menggunakannya lagi. Film diakhiri dengan ilmuwan penemh Cream yang kemudian dijebloskan ke penjara dengan berbagai tuduhan.

Meskipun terdengar tidak begitu masuk akal, namun tidak ada yang tahu bagaimana kelak kemajuan teknologi akan berkembang dengan canggihnya. Tidak menutup kemungkinan bahwa hal tersebut dapat terjadi di masa depan.

Ide yang dibawa film ini segar, namun sarat makna. Bahwa hal-hal yang memberikan kemudahan, apalagi dapat menunjukkan bukti, akan langsung mendapat tempat di masyarakat. Lalu kemudian orang-orang akan menjadi malas, karena tanpa usaha yang berarti, apa-apa yang diinginkan dalam hidup dapat tercapai. Betapa hidup menjadi terasa begitu mudah.

Terkadang, tidak perduli seberapa baik hal yang telah dilakukan, akan selalu ada yang tidak menyukai kita. Begitu pula yang terjadi dengan ilmuwan penemu Cream. Pada akhirnya, ada orang-orang yang berusaha untuk menjatuhkan ilmuwan tersebut.

Seperti dalam setiap perubahan yang terjadi, pasti terdapat pro dan kontra. Pihak-pihak yang merasa berkepentingan juga merasa dirugikan, menyusun rencana untuk menjatuhkan popularitas Cream. Ide tersebut terealisasi melalu berita-berita hoax yang dengan sengaja disebar di media massa. Karena sangat masif, dan masyarakat yang pada dasarnya mudah tersulut emosinya tanpa perlu mengkonfirmasi, imej Cream hancur begitu saja, dalam sekejap.

Maka dari itu, untuk menerima suatu informasi, kita tidak hanya perlu pintar, namun juga harus bijak dalam menyaring informasi mana yang penting, juga benar. Tidak semua informasi yang masuk dapat ditelan mentah-mentah. Semoga kelak, masing-masing dari kita dapat memahami suatu berita secara lengkap, tidak hanya menyimpulkan dari garis besar atau judul beritanya saja :)

Senada dengan film Cream, dari dalam negeri ada film Tilik yang membawa pesan serupa. "Dalam hidup tidak ada kebenaran mutlak", adalah pesan yang tersirat dalam skenario Tilik yang ditulis oleh Bagus Sumartono. Film Tilik yang tayang secara legal di akun Youtube Ravacana Films pada 17 Agustus 2020 ini berhasil viral berkat karakter Bu Tejo yang sangat menonjol.

Tilik dalam bahasa Jawa berarti menjenguk, merupakan sebuah tradisi yang masih sering ditemui dalam kebudayaan Jawa, terutama di Yogyakarta. Hal tersebut pula yang menginspirasi Bagus sebagai awal mula dari ide adanya film Tilik ini pada tahun 2016.

Baru dapat terealisasi pada tahun 2018, film Tilik mengisahkan serombongan ibu-ibu yang mau menjenguk Bu Lurah di Rumah Sakit dengan menggunakan truk. Perjalanan yang panjang dilalui dengan obrolan-obrolan khas ibu-ibu yang didominasi pembicaraan mengenai Dian, seorang kembang desa yang cantik, sudah bekerja, namun belum menikah. Bu Tejo yang memperhatikan Dian menyatakan kemungkinan yang dia yakini benar, bahwa Dian bukanlah perempuan baik-baik. Pekerjaan Dian yang dianggap tidak jelas namun dapat membuat Dian memiliki motor dan telepon genggam baru dalam waktu singkat semakin memperkuat dugaan Bu Tejo mengenai hal tersebut. Yu Ning yang masih saudara jauh dari Dian tidak terima hingga terlibat adu mulut dengan Bu Tejo. Yu Ning memperingatkan Bu Tejo untuk tidak sembarangan memfitnah orang. Bu Tejo beralasan bahwa dia memiliki bukti-bukti berupa foto-foto Dian bersama seorang lelaki berumur yang bersumber dari Facebook.

Film Tilik dengan mudah mendapat perhatian masyarakat mungkin karena terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari. Peran dan obrolan yang membumi, juga keunikan dari masing-masing tokoh sentral langsung membekas dalam benak siapa saja yang telah menonton film ini.

Film berdurasi sekitar 30 menit ini, memberikan akhir yang di luar dugaan. Kemudahan akses internet, juga informasi yang beredar di media sosial, sepatutnya membuat kita mawas diri. Bahwa tak sepenuhnya apa-apa yang kita baca benar adanya. Perlunya menyaring informasi dengan bijak agar tidak termakan hoax, atau yang lebih parah menyebabkan kita menyebarkan informasi yang tidak benar.


Tidak ada komentar: