Rabu, April 18

The Second Best, karena yang paling diinginkan tak bisa dimiliki


Informasi Buku:

Judul Buku
                          : The Second Best
Penulis                                : Morra Quatro
Editor                                  : Alaine Any
Penyelaras Aksara               : Tesara Rafiantika
Penata Letak                       : Putra Julianto
Desainer sampul                 : Agung Nurnugroho
Penerbit                               : GagasMedia
Tebal                                   : 218 Halaman
Cetakan                               : I, 2017
ISBN                                   : 978-979-780-900-3



Ketika cinta pertama tak bisa dimiliki, maka cinta memilih jalannya sendiri.

Sinopsis Buku :
Tanyakan hatimu bila kau bimbang. Mengapa sang cinta pertama, sosok yang kau kenal dekat, tak mampu kau raih? Lalu, apakah hati ini siap untuk pilihan cinta yang lain?

Bagi Gwen, jatuh hati kepada Aidan terasa mudah. Hatinya selalu tertuju kepada dirinya. Namun, hati Aidan sulit dijangkau olehnya.

Lalu Edgar hadir menawarkan rasa yang sehangat lagu cinta. Bersamanya, yang Gwen tahu adalah ia tak terlalu merasa sakit – karena hati laki-laki itu selalu terbuka untuk dirinya.

Namun, cobalah tanya hati sekali lagi. Benarkah Edgar sosok pilihan kedua terbaiknya? Atau .. .. diam-diam Aidan masih ia rindukan?

Review Buku:
Ide cerita novel ini datang dari obrolan Morra Quatro dengan Adhitya Mulya, rekan sesama penulis, yang mencetuskan sebuah kalimat yang pernah Kang Adhit dengar dari temannya, “Akan ada satu nama yang selalu tertulis di hati kita, tapi tak bisa tertulis di buku nikah”. Kalimat tersebut sungguh mudah untuk menggelitik, termasuk saya. Saat membaca mengenai proses awal menulis buku ini dari akun twitter Kak Morra, saya penasaran ..

Awalnya saya kira, cerita ini akan mengambil setting usia dewasa, atau kehidupan rumah tangga. Namun ternyata, Gwen, Aidan, dan Edgar adalah mahasiswa-mahasiswi di sebuah perguruan tinggi di Lincolnshire (setting lokasinya).

Gwen, udah kecantol sama Aidan sejak dari mula. Namun terlambat menyadari (atau terlambat mengakui) perasaannya. Sementara Aidan, naksir sama Maya, anak baru di PSM (Paduan Suara Mahasiswa) kampusnya.

Edgar, sahabat Aidan, tertarik pada Gwen sejak dari mula. Dan kayak kata pepatah, batu kalau ditetesi air terus-menerus pasti nanti bakal bolong juga, aku sempet mikir kalau Gwen memang berusaha  sama-sama Edgar.

”Akan selalu ada satu yang paling kita inginkan itu, yang tak bisa kita miliki. Sedangkan kita tak bisa sendiri, tak berani. Itu sebabnya kebanyakan kita berakhir dengan yang terbaik kedua. The second best." - halaman 3

Lalu karena settingan novel ini adalah kehidupan perkuliahan, saya kira novel ini akan terasa ringan, membaca tanpa perlu mengerutkan dahi. Namun lagi-lagi saya salah. Alur cerita di pertengahan novel ini ‘gelap’. Saya sama sekali tidak menduga bahwa akan dibawa kesana ceritanya. Mungkin menunjukkan sisi lain dari kehidupan mahasiswa jaman sekarang, karena biasanya di novel-novel yang lain alurnya terasa ‘manis’. Ga saya sebutin ya, biar ga cuma saya yang terkejut :p

Kira-kira, Edgar sadar ga kalau Gwen ini sebenarnya menjadikan ia sebagai the second best? Gimana sama Aidan, sebenarnya dia ngeh ga sih sama perasaan pacar sahabatnya itu?

”Kurasa, bersama siapapun yang bukan kamu, aku pasti tidak akan setia. Kamu akan selalu ada." - halaman 224


Rates     : ✯✯✯✰✰


Informasi  Penulis:
-Morra Quatro-
Novel-novel lain yang ditulis: Forgiven (2010), Believe (2011), Notasi (2013), What if (2015)
twitter                  : @miss_morra
IG                        : @miss.morra
blog                     : morraquatro.tumblr.com
Location              : Jakarta