Sejak dirilis perdana pada 2010, film pertama Insidious
telah menarik minat penonton penyuka genre horor. Kisah setan gentayangan yang
diberikan bumbu jumpscare secara klasik ini menjadi penyegar dari
kejenuhan akan bentuk film horor di Hollywood.
Di dua film pertama Insidious menceritakan Dalton dan sang ayah yang mampu mengembara ke dunia roh, tapi tubuhnya diincar oleh arwah jahat untuk kembali ke dunia. Sementara Insidious: Chapter 3 yang rilis 2015 lalu, menceritakan seorang gadis muda, Quinn, yang mencoba berhubungan kembali dengan arwah sang ibu.
Benang merah dari ketiga film tersebut adalah
seorang cenayang lanjut usia, Elise (diperankan oleh Lin Shaye). Di film
keempat, Insidious: Last Key, Elise menjadi pemeran utama. Tak seperti dua sekuel lainnya
yang mengambil terminologi 'babak' alias 'chapter', seri ke-4 dari Insidious
ini memilih tajuk khusus 'The Last Key'. Film ini menceritakan asal muasal
kekuatan Elise, serta kisah yang ia hadapi.
|
Sebelum memulai kisah The Last Key, Whannell
yang kembali duduk fokus menulis kisah horor ini memberikan gambaran singkat
sebuah kejadian di kota bernama Five Keys, New Mexico, pada 1950-an. Gambaran
kehidupan tersebut berlatar di sebuah lembaga pemasyarakatan. Di sebuah rumah
sipir lapas, seorang anak perempuan kecil memiliki kehidupan yang rumit akibat
kemampuannya melihat makhluk halus.
Setelah cukup menggambarkan sebuah kisah pilu nan menegangkan, bahkan di 10 menit awal 'The Last Key', Whannell dan sutradara Adam Robitel melempar penonton ke era 2010-an. Di era ini, sang cenayang Elise Rainer kembali menolong orang yang bersimpangan jalan dengan makhluk halus setelah pengalamannya masuk kembali ke The Further pada Insidious: Chapter 3.
Namun ia tak sendiri. Kini, Elise ditemani Tucker (Angun Sampson) dan Specs (Leigh Whannell). Kehadiran mereka sejatinya hanyalah pengendur saraf tegang mengikuti insting mistis Elise. Kedua pria yang kadang bertingkah konyol itu resmi bergabung dengan Elise membuka jasa menghadapi gangguan gaib.
Semua tampak normal hingga sebuah panggilan
telepon membuatnya goyah. Seseorang yang menempati rumah masa kecil Elise dulu
meminta bantuannya untuk mengusir makhluk gaib yang kerap mengganggunya. Elise
kembali dihadapkan dengan kenangan buruk yang menghantuinya sejak kecil.
Mungkin salah satu pertanyaan yang akan muncul
setelah mendengar rilisnya Insidious:
The Last Key adalah: apa lagi yang dibawa oleh film ini? Sebenarnya, Insidious: The Last Key masih
banyak memakai resep yang sama dengan film-film sebelumnya. Kemunculan para
makhluk ganjil dalam film ini lebih karena kemunculannya yang tiba-tiba di
depan mata, bukan karena keberadaan mereka yang mengerikan. Hal ini mungkin
akan membuat kesal para penggemar film horor yang ingin kengerian yang
menggigit. Karena bukannya ditakut-takuti, penonton malah dibuat terkejut
belaka.
Disusun kombinasi horor dengan imaji kriminal, film
ini bak jadi kunci yang menghubungkan kompleksitas serial Insidious. Di
akhir film, ada satu kejutan untuk para penggemar waralaba ini, yang bakal membuat
ingatan kembali ke dua film awal Insidious.
Insidious: The Last Key juga masih memiliki sejumlah pertanyaan. Namun, itu bisa dianggap
sebagai 'godaan' dari Leigh Whannell dan James Wan sebagai penelur kisah
seri Insidious, atas peluang pengembangan dunia Insidious selanjutnya.
Mengikuti Insidious sejak film pertama, jujur sedikit kecewa ketika menonton prekuelnya ini. Bela-belain nonton di jam midnite, bahkan sebelum premier di Indonesia nanti tanggal 10 Januari 2018, aku ngerasa ada bagian-bagian yang janggal dalam cerita di film ini. Ada hal-hal yang rasanya nda perlu, juga hal-hal yang muncul di awal namun tiba-tiba hilang di akhir. Mau nyebutin, tapi nanti spoiler 👀 Yah mungkin benar kata pepatah, expectation can kill you. Aku mungkin berharap terlalu tinggi pada Insidious 4 ini, mengingat film-film sebelumnya cukup membuat Insidious masuk dalam list film horor favorit. Tapi mungkin juga masalah selera. Bagaimana dengan kamu? 😁
dari berbagai sumber: |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar