Senin, Oktober 8

Venom, tak sekeren ekspektasi

Disebut sebagai salah satu karakter yang paling ditunggu penampilannya, Venom akhirnya tayang juga di bioskop mulai tanggal 3 Oktober 2018 lalu. Setelah sebelumnya mencoba melalui The Amazing Spider-Man, Sony kembali mencoba peruntungan melalui semesta Spider-Man atau yang disebut Spiderverse melalui karakter Venom, sosok anti-hero pembenci Spider-Man.
Saat pertama kali mengumumkan eksistensinya, Venom merupakan proyek menantang yang sangat beresiko bagi Sony Pictures. Karena untuk mewujudkanya, Sony tidak menyertakan Spider-Man. Walau di ranah film sendiri, Venom pernah muncul dalam babak pamungkas trilogi Spider-Man besutan Sam Raimi. 

 source: en.wikipedia.org

Film Venom adalah kisah tentang seorang jurnalis investigatif bernama Eddie Brock (Tom Hardy) yang mendapati ketidakberesan eksperimen rahasia di perusahaan pusat penelitian Life Foundation yang dipimpin oleh Carlton Drake (Riz Ahmed). Eddie ngotot jika Carlton hanyalah seorang pembual dibalik yayasan Life of Foundation dan misi penerbangan roketnya ke luar angkasa. Eddie menduga Life Foundation telah melakukan praktek terlarang, yang menewaskan banyak orang. Life Foundation tersebut menjadi klien dari kekasih Eddie, Anne Weying (Michelle Williams).
Media tempat Eddie bekerja lantas membuat Eddie akhirnya dipecat sehubungan dengan yang dilakukannya saat mewawancarai Carlton. Hal ini sempat membuat Eddie putus asa dan tidak ingin lagi menyentuh hal-hal yang berhubungan dengan Life Foundation.

Namun, situasi berubah ketika dia bertemu dengan Dora Skirth (Jenny Slate), salah seorang ilmuwan yang bekerja di Life Foundation. Dora menggelitik sisi jurnalis Eddie, dengan menawarkan akses langsung ke laboratorium Carlton di Life Foundation, beserta bukti pelanggaran yang telah dilakukan Carlton dan perusahaan tersebut.
Dalam proses investigasi itulah, Eddie secara tidak sengaja menjalin kontak dengan entitas simbiot dari luar angkasa yang kemudian menjadi bagian dari dirinya. Eddie sempat menolak kehadiran sosok simbiot tersebut dalam dirinya. Namun lambat laun, Eddie akhirnya bisa menerima sosok simbiot Venom, begitupula sebaliknya. Tidak hanya itu, sekutu barunya itu  juga mampu mengubah Eddie menjadi lebih kuat. Keduanya semakin menyatu setelah kehadiran Riot, simbiot lain yang menyatu dengan Carlton, yang kemudian menjadi lawan tangguhnya.



Karakter Eddie Brock dibuat sebagai sosok wartawan yang urakan namun memegang teguh pendiriannya dalam menentukan mana yang baik dan yang tidak baik untuk hidupnya. Karena ketegasannya itulah, karir Eddie hancur, bahkan ia juga ditinggalkan oleh kekasihnya.

Adegan aksi dalam film ini, meski tidak luar biasa, secara keseluruhan lumayan menghibur. Perbedaan sifat Eddie dan Venom yang kerap menimbulkan konflik, justru malah menghadirkan komedi tersendiri. Namun latar belakang cerita tidak terbangun dengan solid, dan alur kisahnya terkesan dipercepat. 

Secara keseluruhan, sebenarnya film ini tidak buruk-buruk amat. Sineas Zombieland, Ruben Fleischer, yang mengemban mandat dari Sony sebagai sutradara dalam film ini masih mampu membuat film ini bisa dinikmati banyak kalangan, terutama yang tidak ambil pusing dengan penceritaan yang ada dan hanya ingin menikmati sajian aksi khas film superhero 😷

Satu lagi, jangan langsung beranjak dari kursi ketika filmnya sudah habis. Akan ada dua post-credit scene yang akan sayang untuk dilewatkan 😤

Tidak ada komentar: