Pelukan adalah obat mujarab. Sejak dulu, kalau lagi sedih,
aku berharap mendapat pelukan atau sekedar genggaman tangan, supaya aku tahu
bahwa aku ga sendirian.. Jaman masih ababil sih, hahaha. Padahal kan Allah
selalu bersama kita, kitanya aja yang kadang ga bersyukur.
Tapi pelukan terbaik yang tidak akan pernah kulupakan adalah
pelukan Mas Suami saat aku keguguran Februari 2018 lalu. Alih-alih berduka atau
bahkan menyalahkan aku seperti yang aku sendiri lakukan, Mas Suami malah
menguatkan aku, memintaku untuk berhenti menyalahkan diriku sendiri.
Banyak hal-hal kecil yang kusyukuri dari pernikahanku
bersama Mas Suami. Namun keberadaannya saat hal terburuk yang tak kuduga
terjadi adalah yang paling kusyukuri..
Mas Suami selalu terlihat tegar, bahkan saat aku menangis histeris
sampai terisak-isak. Dia berusaha untuk tetap terlihat tangguh, untukku. Kalau
aku tanya kenapa Mas Suami ga sedih atau nangis juga, dia akan tersenyum dan bilang,
“Kalau kita berdua sedih dan nangis bareng-bareng, terus yang nguatin siapa?” 💕
Mas Suami adalah lelaki pilihanku. Yang bersamanya,
kubayangkan akan berjuang sama-sama, di kala senang maupun sedih. Dengan
mengucap Bismillah, aku mengenalkannya pada orang tuaku, dan aku berharap bahwa
hal itu adalah salah satu keputusan yang tak pernah kusesali. Alhamdulillah,
Mas Suami masih selalu dapat menggantikan posisi Ayah untuk menjadi tempat
bersandar, penopang kala lara, dan orang yang selalu menjadi tempatku pulang.
Aku bersyukur mencintai dan dicintai Mas Suami. Perasaan itu
akan membuat kami bertahan, saling menguatkan. Insya Allah ..
1 komentar:
Sabar ya mbak,
Insya Allah segera diganti lagi sama Allah. Semoga kesabarannya menjadi ladang pahala.
Posting Komentar