Jumat, September 25

Restu Orang Tua adalah Jalan Ninjaku

Namaku Nurul Armylia. Aku lahir dari pasangan yang bekerja sebagai tentara. Ayah dan mamah dulu sama-sama bekerja sebagai TNI-AD. Di sana pula mereka saling menemukan. 

Lahir di Malang tanggal 22 November sebagai anak pertama dan putri satu-satunya dalam keluarga. Aku mempunyai satu adik laki-laki, yang memiliki selisih usia 4 tahun dariku. Ketika adikku lahir tersebut, mamah memutuskan untuk berhenti bekerja. 


Pekerjaan Ayah otomatis membuat kami sering berpindah-pindah. Hingga aku seringkali pindah sekolah bahkan sebelum masa tahun ajaran baru tiba. Masa kecilku sempat kuhabiskan di Malang, di rumah kakek dan nenekku. Juga di Timor-timur,  Bali, dan yang paling lama di Tanah Sunda. Bandung, Sumedang, dan Cimahi adalah kota-kota yang sempat ku tinggali hingga menghabiskan masa remaja. Memasuki jenjang perguruan tinggi, aku dikirim ke Malang untuk berkuliah di Universitas Brawijaya, hidup terpisah dari orang tuaku agar aku menetap, untuk sementara.

Sejak kecil, sebagai anak pertama aku membawa berbagai harapan keluarga di pundak. Karena tidak ingin  mengecewakan, aku selalu berusaha mewujudkannya. Atau  dengan terpaksa mengikuti keinginan orang tua, seperti saat SMA, untuk masuk di Jurusan IPA. Padahal aku ingin masuk di Jurusan IPS saja. Begitu pun ketika melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi. Aku diarahkan untuk kuliah di Jurusan Akuntasi, padahal aku memiliki keinginan untuk masuk di jurusan Bahasa Inggris atau Hubungan Internasional. Namun hal tersebut ditolak mentah-mentah, dengan alasan jurusan Akuntansi kelak akan lebih banyak memberikan peluang lapangan pekerjaan. 

Selepas kuliah, aku mendaftar di berbagai perusahaan melalui Job Fair. Aku yang tidak berkeinginan untuk menjadi ASN, mendaftar di berbagai perusahaan swasta. Keinginan yang awalnya, lagi-lagi, tidak direstui oleh orang tuaku. Aku yang sejak kecil lebih dekat dengan ayahku, mencoba berbicara dan memberikan penjelasan padanya, agar aku diberi kesempatan untuk memilih jalan hidupku kali ini, setelah aku merasa cukup dewasa. Ayah yang kemudian membujuk mamah untuk melepasku keluar dari rumah, bekerja di perusahaan swasta yang berlokasi di luar kota. 

Yang terjadi kemudian adalah aku bekerja dengan berpindah dari satu kantor swasta ke kantor swasta yang lain. Hingga pada  tahun 2013, aku dipaksa untuk pulang kembali ke Malang. Setelah sebelumnya pekerjaan membuatku berpindah-pindah dari pulau yang satu ke pulau yang lain di Indonesia. Surabaya, Jakarta, Pekanbaru, Samarinda, dan terakhir berlabuh di Manado, adalah kota-kota yang sempat ku singgahi. 

Saat itu, Ayah yang sudah memasuki masa pensiun melewati masa istirahatnya di Malang. Orang tuaku memintaku keluar dari pekerjaan di kantor sebelumnya karena berharap aku dapat bekerja sebagai ASN. Hal yang sebelumnya tidak pernah kubayangkan. 

Di tahun 2014, aku mengikuti beberapa tes masuk sekaligus, yakni di PT INKA, OJK, dan Kementerian Keuangan. Dengan posisi saat itu tinggal di Malang, dan belum bisa menyetir mobil, maka setiap kali menjalani tes aku selalu diantar oleh mamah. Tes PT  INKA di Madiun, sedangkan tes OJK dan Kementerian Keuangan berlokasi di Surabaya. Tahap demi tahap ku lalui, dan tes OJK ku gagal di tahap ke-4 dari 6 tahap. Sedangkan tes di PT INKA aku lolos sampai tahap akhir, ketika tes Kementerian Keuangan masih berjalan dan tersisa 2 tahap lagi untuk dilalui.  

Saat itu, aku ingin menerima saja tawaran kerja di PT INKA. Karena kupikir, kalau sudah ada yang pasti, kenapa masih berharap pada yang tidak pasti? Namun mamah meyakinkanku bahwa beliau yakin akan kemampuanku dan kelak aku akan dapat diterima di Kementerian Keuangan. Akhirnya tawaran pekerjaan di PT INKA tidak kuambil. Aku kemudian melanjutkan tahapan tes berikutnya di Kementerian Keuangan. Melihat banyaknya peserta yang mendaftar, aku sedikit enggan untuk berharap. Aku hanya dapat memberikan yang terbaik yang aku bisa. 

Berbekal restu orang tua, terutama doa ibu, aku diterima di Kementerian Keuangan, tepatnya di Direktorat Jenderal Pajak. Keinginan mereka agar aku dapat menjadi ASN terkabul. Dan bukankah hal paling membahagiakan di muka bumi adalah membahagiakan kedua orang tua? :) 

Tulisan ini non fiksi, dan berbentuk opini. Semoga ada hikmah yang dapat diambil, atau hal baik yang dapat dipetik..

Love,
'My.

18 komentar:

kumparan mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Yonal Regen mengatakan...

wah hebat kak nurul, good luck.

Niki Yuntari mengatakan...

Benar banget, Mbak. Nggak ada yang lebih membahagiakan dibanding membahagiakan orang tua :)

Indah Ladya mengatakan...

Tidak ada yang lebih membahagiakan dibandingkan membahagiakan orang tua, noted, keren mbak, semangat terus ya! :)

Isti K mengatakan...

restu orang tua memang senjata utama kak

Aelvin mengatakan...

Keren, Kak.. Semangat terus..
Suskses selalu

Sofia Zef mengatakan...

Keren perjuangannya. Usaha memang tak mengkhianati hasil

Ulva Hiliyatur Rosida mengatakan...

MaasyaAllah. Ridho Allah memang selalu satu jalur dengan ridho orang tua:)

Nurafrinaapr mengatakan...

MasyaAllah, keren._.

Jurnal Bunda Imut mengatakan...

Bener sekali mbaak... Bahagiakan orangtua dulu jika ingin hidup kita lebih bahagia... Masya Allaah..semangat selalu mbaaa

Dhelvia Gerent mengatakan...

Menuruti pinta orang tua memang hal utama dalam hidup ya kak apalagi tentang membahagiakan beliau. Luar biasa sekali taatnya sama orang tua. Sangat memotivasi. Semangat terus kak

lilik mengatakan...

MasyaAllah..ceritanya luar biasa. Semangat ya mbaak

Devi Milasanty mengatakan...

Luar biasa ceritanay apik jadi tiba-tiba kok sedikit ... alurnya jalan denganjelas.. lanjutkan keren bangaet

Vera Priati Amalia mengatakan...

Keren kak. Wah pengalaman berinteraksi dengan masyarakat berbagai daerah juga pasti banyak ya..

Butiran Atom mengatakan...

Hebat kak

Nurul afiati mengatakan...

Banyak hal yang bisa dipelajari dari setiap kisah orang lain.

Sajakse mengatakan...

perjuangannya keren kak terharu aku

@Nisa_bundatwin mengatakan...

Bener banget, tanpa restu mereka tiada artiarti kita