Senin, September 28

Sepucuk Surat yang Tak Pernah Sampai

Selamat pagi, kamu.. Bagaimana kabarmu hari ini? Semoga baik-baik saja ya disana. Melalui ini, aku ingin mengucapkan permintaan maaf yang tak sempat kusampaikan. Mungkin bukan tak sempat, namun aku yang tak punya cukup nyali untuk mengatakannya. 

Perpisahan seperti terasa lebih mudah ketika tak bersua, entah kenapa. Mungkin juga hanya sugestif. Karena itu pula aku memilih mengatakannya via chat padamu. Karena aku tahu, jika aku mengucapkannya saat bersamamu, melihat wajahmu, percayalah bahwa aku tak akan mampu. Tak akan pernah.

Kata-kata yang seperti mudah ketika diketik itu, yang kamu baca entah dengan perasaan bagaimana itu, juga telah menguras pikiran dan perasaanku sebelum akhirnya sampai kepadamu. Percayalah bahwa hatiku pun tersayat-sayat. Jangan dikira rasa sakit yang memilih pergi akan lebih ringan dibanding yang terpaksa ditinggalkan.

Aku minta maaf. Adalah hal yang ku harap dapat kukatakan seraya menatapmu. Aku minta maaf, atas segala luka dan air mata. Atas memori buruk yang tercipta. Atas kenangan yang meninggalkan luka.

Walau tak mudah untukmu, ini juga tak mudah untukku. Di bagian ini aku tidak memintamu untuk percaya. Aku merasa tidak punya cukup hak untuk itu. Jika bisa memilih, akupun tidak menginginkan ini. Keputusan ini terpaksa ku ambil demi kebaikan kita. Hanya formalitas saja aku menyampaikan ini, mengingat seringkali aku tak perlu menyatakan apa yang kurasa atau kupikirkan, entah bagaimana  caranya kamu sudah tahu terlebih dahulu. How can we be so different and feel so much alike? :)

Aku tidak tahu, kelak semesta akan mempertemukan kita kembali atau tidak. Apakah takdir hidup sebercanda itu pada kita atau tidak. Satu pintaku, tolong jaga dirimu. Terima kasih untuk segalanya. Untuk warna yang telah kau beri dalam hidupku. Untuk banyak 'one fine day' yang kita lewati. Untuk tawa, cerita manis, tempat-tempat yang indah, juga kisah cinta. Aku sayang kamu, selalu.. 


Tidak ada komentar: